
Inkubator Bisnis dan Teknologi Universitas Tanjungpura (IBT UNTAN) terpilih menjadi objek kajian penelitian oleh Kelompok Keahlian Pengambilan Keputusan dan Negosiasi Stratejik dari Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB). Sebagai bagian dari rangkaian penelitian tersebut, tim peneliti menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertema “Optimalisasi Peran Inkubator Bisnis Teknologi Universitas Tanjungpura dalam Mendukung Startup Digital Berkelanjutan: Perspektif Ilmu Keputusan dan Logika Berbasis Layanan.”
FGD dipimpin oleh Prof. Dr. Utomo Sarjono Putro, M.Eng. selaku ketua tim peneliti, bersama Dr. Pri Hermawan dari SBM ITB dan Dr. Eka Yuliana, S.T., M.S.M. dari Telkom University. IBT UNTAN dipilih sebagai lokasi penelitian karena dinilai memiliki potensi signifikan sebagai inkubator berbasis daerah yang berkembang pesat di luar Pulau Jawa, khususnya wilayah Kalimantan. Selain itu, capaian IBT UNTAN dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan kinerja inkubasi yang mampu disejajarkan dengan inkubator-inubator terkemuka di Pulau Jawa.
Kegiatan yang berlangsung di Ruang Rapat IBT UNTAN ini menghadirkan berbagai pemangku kepentingan dari unsur akademik, pemerintah, industri, serta pelaku startup. Diskusi berfokus pada evaluasi efektivitas program inkubasi, pendalaman praktik terbaik, serta penyusunan strategi untuk memperkuat ekosistem startup digital di Kalimantan Barat.
Dalam sambutannya, Dr. Ir. Urai Edi Suryadi, M.P., Kepala LPPKM UNTAN, menegaskan bahwa universitas memiliki peran strategis dalam memperkuat ekosistem kewirausahaan berbasis teknologi. Menurutnya, keberhasilan IBT UNTAN merupakan hasil dari kolaborasi riset, pengabdian masyarakat, dan pengembangan sumber daya manusia yang berjalan selaras.
Dari sisi operasional, Kiki Prio Utomo, ST., MSc, Ketua PPIIBT UNTAN, memaparkan perkembangan dan tantangan yang dihadapi dalam proses inkubasi startup digital. Fahrurrazi, SE, selaku General Manager IBT UNTAN, menambahkan wawasan terkait implementasi program inkubasi dan dinamika pengelolaan harian.
Perwakilan pemerintah daerah, Eko Prihandono, ST., MM. dari Bapperida Kota Pontianak, turut memberikan pandangannya mengenai peran kebijakan daerah dalam memperkuat ekosistem startup berbasis teknologi. Diskusi semakin kaya melalui pemaparan para pakar, khususnya terkait pendekatan Decision Science dan Service-Dominant Logic, yang dinilai dapat memperkuat kualitas pengambilan keputusan, kolaborasi, serta value co-creation di lingkungan inkubator.
Kegiatan ini juga menghadirkan perspektif dari pelaku industri dan startup, salah satunya Ahmad Kamel (Managing Director QARAA) yang berbagi pengalaman terkait kebutuhan startup, peluang, serta tantangan ekosistem digital yang berkembang.
Dari hasil diskusi, FGD ini menegaskan bahwa IBT UNTAN memiliki potensi kuat untuk menjadi model rujukan inkubasi startup digital di luar Pulau Jawa. Beberapa rekomendasi strategis yang dirumuskan meliputi:
1. Penguatan tata kelola inkubasi berbasis analisis ilmiah dan pengambilan keputusan strategis.
2. Peningkatan kolaborasi empat heliks: akademisi, industri, pemerintah, dan komunitas startup.
3. Penyusunan program inkubasi yang lebih adaptif terhadap dinamika ekonomi digital.
4. Percepatan value creation dan value co-creation antara inkubator dan startup binaan.
FGD ini diharapkan menjadi langkah penting dalam memperkuat peran IBT UNTAN sebagai inkubator yang mendorong lahirnya startup digital berkelanjutan dan berdaya saing